Senin, 25 September 2017

Harapan Palsu?

"Tak ayal, manusia memang kerap memberikan harapan palsu dan kemudian berbohong."

Kalimat diatas mungkin mampu mewakili beberapa perasaan orang di luar sana.
Pernah, seseorang memberikan janji-janji manis kemudian pura-pura lupa atau amnesia. Biasanya seorang wanita yang menjadi korban paling potensial akan hal ini. Namanya saja wanita, yang dipuji sedikit saja langsung bahagia, apalagi kalau sampai disanjung-sanjung oleh yang ia damba pastinya melayang tinggi-tinggi sampai ke angkasa (nggak termasuk yang nulis loh :D)

Hmm berbicara tentang harapan, harapan itu bisa diartikan sebagai kepercayaan untuk mendapatkan keinginan yang terpendam. (Cailah, seperti harapanku bisa bersama dengan kamu, iya kamu :D.)
Lantas bagaimana dengan harapan yang diberikan namun dilupakan oleh sang pemberi yang biasanya nge-trend disebut si Pemberi Harapan Palsu (PHP)? Yah, namanya saja PHP, toh pastinya harapan yang diberikannya juga merupakan harapan palsu. Tetap saja, jika harapan itu diberikan olehnya berupa atau dalam bentuk janji-janji manis yang berujung busuk, tentu saja hal itu salah untuk dilakukan. Seorang wanita pun sepatutnya tidak percaya begitu saja dengan janji-janji itu. Ingat saja janji sehidup semati yang diberikan sang suami kepada istrinya saja bisa berujung dengan perceraian apalagi hanya janji dari seorang lelaki yang kau sebut pacar atau hanya sekedar gebetan yang bisa tiba-tiba hilang tanpa kau tahu. Ujung-ujungnya wanita itu pasti akan terluka dan sebagian dari mereka akan menyebarkan remah-remah hatinya yang terserak-serak di media sosial alias medsos yang membuat sebagian orang akan bersimpati dan sebagian lainnya mengejek dalam tawa karena geli dan ada juga yang meremehkan nasib si wanita itu. Namanya manusia, tak luput dari khilaf dan dosa.

"Semut di sebrang lautan tampak, namun gajah di pelupuk mata tak tampak"
Mudah sekali mencari-cari kesalahan orang lain, namun kesalahan sendiri tak sadar. Itu deskripsi orang yang suka mengkritik orang lain dengan mudahnya tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Lantas bagaimana pandangan dari si Pemberi Harapan Palsu itu sendiri.
Salah. Iya dia salah jika memang ia memberi harapan palsu itu dengan ucapan berupa janji-janji disertai tindakan-tindakan manis semacamnya. Namun, secara tidak sadar si Penerima Harapan Palsu juga tak seutuhnya benar. Si penerima harapan palsu mungkin saja sudah baper (kebawa perasaan) duluan, ke-geer-an, terlalu percaya diri akan perhatian yang diberikan oleh sang Pemberi Harapan Palsu. Mana tahu saja dia hanya menganggap orang tersebut (yang merasa menjadi si penerima harapan) sebagai teman baik atau sahabat atau teman curhat yang asyik diajak ngobrol. Tanpa sadar, si penerima harapan palsulah yang memupuk harapannya tinggi-tinggi pada yang ia anggap sebagai sang Pemberi Harapan.

Lantas apakah harapan palsu itu sebuah bentuk dari kebohongan?
Tergantung sudut pandang yang melihatnya.
Ada yang bakal meyakini ia telah ditipu habis-habisan dan kemudian curhat habis-habisan di medsos menganggap dirinya korban PHP.
Ada yang bakal merasa kehilangan mungkin pada akhirnya.
Ada yang bakal enjoy aja karena gak baper atau memang hanya menganggap sekedar teman saja.
Dan mungkin saja ada yang bakal seperti tak terjadi apa-apa karena hanya menganggap angin lewat saja.

Ya intinya, itu kembali ke perspektif masing-masing. Beneran ato nggaknya kamu di PHP? Coba liat dan perhatikan dengan teliti, apa sikap baik dia (yang kamu anggap PHP itu), perhatian dia, dan segala hal yang dilakuin ke kamu dia lakuin juga ke yang lain? Kalo begitu halnya, berarti memang dianya yang natural seperti itu dan kamunya saja yang sedang kena sindrom Bapereau. Cermati dulu ya girls dan jangan mudah baper.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bab 1 Memenangkan Lotere, Ruang Muncul

(Cerita fiksi yang melintasi ruang dan waktu berbeda, simpan otakmu dulu di sini~) November 2023. Pada pukul dua pagi, Lian Xiaomin terbangu...